MAKALAH
KAITAN
KEPENDUDUKAN DAN LINGKUNGAN HIDUP DENGAN
KEPENTINGAN GLOBAL
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Perspektif
Global
Pengampu: Mukminan
Disusun oleh :
- Siti Sulistyawati 11409134001
- Fendi Hudaya R 11409134003
- Nujumun Niswahyuning P 11409134008
- Rachmat Bayu F 11409134009
- Novi Susilowati 11409134024
- Rudi Irawan 11409134029
PROGRAM STUDI AKUNTANSI D3
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2013
KATA
PENGANTAR
Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT yang
telah melimpahkan rahmat dan hidayahnya kepada penyusun, sehingga penyusun
dapat menyelesaikan tugas mata kuliah Perspektif Global dengan tepat waktu.
Makalah ini disusun guna melengkapi tugas mata kuliah
Perspektif Global, yang disusun secara sistematis. Tidak lupa penyusun
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
penyusunan makalah ini, yang tidak dapat penyusun sebutkan satu persatu.
Dalam penyusunan makalah ini tentunya masih banyak
kekurangan, oleh karena itu penyusun mengharapkan kritik dan saran yang
membangun kepada para pembaca. Semoga makalah ini bermanfaat bagi penyusun pada
khususnya, dan bagi pembaca pada umumnya.
Yogyakarta, 2
Mei 2013
Penyusun
DAFTAR ISI
Halaman Judul i
Kata Pengantar ii
Daftar Isi
iii
BAB I
PENDAHULUAN.....................................................................................................
1
BAB II ISI 2
A. Isu Global Tentang Kependudukan ............................................................................ 3
B. Isu-isu Lingkungan Hidup............................................................................................ 8
BAB III
PENUTUP............................................................................................................... 12
BAB IV DAFTAR PUSTAKA............................................................................................... 13
BAB I
PENDAHULUAN
Peningkatan jumlah penduduk mambawa
dampak yang sangat luas terhadap segala kebutuhan hidupnya. Untuk memenuhi
kebutuhan tadi, manusia mengumpulkan berbagai cara dan alat yang kita kenal
dengan “teknologi”, yang dewasa ini telah berkembang dengan pesat. Perkembangan
ini menandakan adanya peningkatan SDM.
Perkembangan peningkatan kemajuan
teknologi untuk melayani kebutuhan hidup merupakan salah satu ciri peningkatan
SDM. Pengetahuan ilmu teknologi merupakan suatu hal yang
tidak dapat dipisahkan satu sama lain, sehingga sering kita sebut IPTEK (Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi).
Kemajuan IPTEK telah membawa
peningkatan pemanfaatan SDA dan lingkungan untuk pemenuhan kebutuhan
hidup.Misalnya kemajuan IPTEK elektronik-elektronik yang menghasilkan
“Multimedia” yang meliputi radio, telepon, TV, faximile, dan internet.Kemajuan
dalam bidang ini telah memperlancar dan mempercepat arus berita serta informasi
secara global, sehingga batasan antar Negara seolah-olah tidak terlihat.
Pada hari-hari mendatang, kontak
antar manusia baik secara fisik melalui alat transportasi (darat, laut, udara)
maupun secara tidak langsung melalui multimedia akan semakin intensif. Suasana
tersebut akan membawa dampak pergeseran nilai, norma, pemikiran, dan pandangan
hidup kita terhadap masa yang akan datang. Fenomena dan isu-isu global secara
negative harus sungguh-sungguh kita waspadai.Sedangkan kenyataan-kenyataan
global yang positif wajib kita serap demi peningkatan kualitas hidup bersama.
BAB II
ISI
“Penduduk dan Lingkungan
Hidup”
Masalah penduduk merupakan masalah yang sudah mendunia.
Persoalan ketidakseimbangan antara pertumbuhan dan jumlah penduduk dengan
ketersediaan bahan pangan, lapangan kerja serta pEmukiman yang merupakan masalah
kesejahteraan, bukan hanya masalah yang menimpa Indonesia melainkan masalah
yang dialami juga oleh Negara-negara di dunia.
Perpindahan penduduk, baik dalam emigrasi, imigrasi maupun
pengungsian terjadi dimana-mana di dunia ini. Faktornya bermacam-macam,
mulai dari faktor ekonomi, bencana alam, wabah, politik sampai keamanan. Bagi
pelakunya mungkin merupakan jalan keluar dari masalah yang dialaminya,
namun bagi kawasan yang didatangi mungkin akan menjadikan suatu masalah, karena
mnyangkut tempat penampungan, lapangan kerja, bahan kebutuhan, dan
lain-lainnya. Masalah migrasi ini merupakan suatu masalah kepentingan global.
Migrasi memiliki dua sisi jika
dihubungkan dengan populasi dunia. Pertama,
migrasi dapat menjadi penyebab pertumbuhan populasi yang tinggi dan overpopulation.
Pertumbuhan populasi suatu negara atau kawasan tidak selalu karena penyebab
alami yaitu karena kelahiran, tapi bisa juga disebabkan karena perpindahan
penduduk dari negara atau kawasan lain. Misalnya pertumbuhan penduduk Yahudi di
wilayah Palestina terjadi karena eksodus orang-orang Yahudi dari seluruh dunia
yang akhirnya berakibat pada pendirian negara Israel.Kedua, migrasi dapat
menjadi dampak dari adanya overpopulation.Jika suatu negara atau kawasan
mengalami overpopulation, maka wajar jika masyarakat ingin pindah ke
negara atau kawasan dengan penduduk yang lebih sedikit. Hal ini tentu saja
didorong oleh berbagai macam faktor antara lain perbaikan ekonomi, perbaikan
tingkat kehidupan, terpaksa (bagi pencari suaka) dan sebagainya (Payne, 2009).
Salah satu upaya untuk mengatasi masalah penduduk yaitu
dengan melakukan program Keluarga Berencana (KB) dengan mengatur jumlah anggota
keluarga demi kesejahteraan masing-masing keluarga.Program ini selain merupakan
upaya pemecahan masalah, pada pelaksanaannya juga masih menjadi permasalahan
global.
Isu Gobal tentang Kependudukan:
Seiring
dengan perkembangan zaman, yang ditandai oleh berbagai kemajuan dalam berbagai
aspek melalui pembangunan-pembangunan yang dilakukan oleh pemerintah dewasa
ini, ternyata disadari maupun tanpa kita sadari disamping memberikan dampak
yang positif terhadap kemashlahatan umat, ternyata mempunyai juga dampak
negatif, diantaranya penggunaan teknologi yang membuat manusia menjadi simple
melaksanakan sesuatu dengan bantuan teknologi, tetapi melalui teknologi ini
pula mempercepat terjadinya kerusakan lingkungan. Hal inilah yang belakangan
menjadi topik utama yang dibicarakan oleh para ahli baik dalam bidang
kependudukan maupun dalam bidang lingkungan hidup. Untuk lebih fokusnya pembahasan
ini maka akan dibahas dua pembahasan utama yaitu isu-isu kependudukan dan
isu-isu lingkungan hidup.
Isu-isu Kependudukan
Sebuah
pandangan imajinatif kiranya bisa mengawali pembicaraan kita tentang isu
kependudukan di tingkat global ini: yaitu bahwa bumi kita ini alamiah dan
teratur, bahwa manusia yang tinggal di atasnya hanya diwarisi sebuah bumi yang “serba
terbatas” dan oleh karenanya manusia perlu menyadari akan adanya “batas-batas
pertumbuhan” sehingga mereka pun perlu menumbuhkan “lifeboat ethics”.
Adanya kaitan erat antara pertumbuhan penduduk yang cepat dengan sejumlah
permasalahan sosial dan lingkungan menjadi persoalan kependudukan penting untuk
dibicarakan sebagai sebuah isu global.Beberapa permasalahan kependudukan, yang
bertalian dengan pertumbuhan penduduk yang cepat dan tanpa henti, adalah
pencemaran lingkungan, perubahan iklim, pengrusakan hutan, urbanisasi,
penurunan pendapatan, inflasi, pengangguran, perumahan, tingkat melek huruf,
kelaparan, kekurangan air bersih, keterbatasan pelayanan kesehatan, energi dan
sumber daya alam, dan konflik politik. Pertambahan
jumlah penduduk tidak bisa dikatakan sebagai sebagai sebuah masalah, kecuali
jika dihubungkan dengan variable-variabel lain.
Dewasa ini
pertumbuhan penduduk yang fantastis dipandang sebagai sebuah masalah, bukan
karena percepatan pertambahan penduduk yang disadari semakin tinggi, tetapi
lebih karena orang baru sadar, bahwa batas-batas pertumbuhan telah semakin
mendekat atau bahkan telah terlewati oleh pertumbuhan penduduk dunia.
Disamping
isu pertumbuhan penduduk yang cepat, terdapat pula beberapa isu kependudukan,
yang mungkin disatu disisi bisa menjadi jalan keluar bagi daerah tertentu,
tetapi menjadi masalah baru bagi daerah lain, diantaranya mengenai: masalah
migrasi penduduk, migrasi merupakan perpindahan penduduk dari suatu tempa
ketempat lain. Migrasi senantiasa terjadi sepanjang masa sejak dahulu sampai
sekarang. Beberapa hal yang memotivasi seseorang hendak melakukan migrasi
diantaranya, karena kesulitan hidup didaerah asal misalnya penghasilan yang
sangat kecil, keamanan yang tidak terjamin keselamatannya, Pengaruh- pengaruh
dari luar yang menjadi tujuan yang dipandang lebih baik, transportasi yang baik
mempermudah terjadinya imigrasi yang baik.
Isu lain
yaitu urbanisasi yang merupakan perpindahan penduduk dari desa ke kota. Proses
urbanisasi tidak hanya terjadi di Indonesia, melainkan banyak kota diseluruh
Dunia. Di Indonesia urbanisasi terjadi dimana-mana. Proses itu umumnya masih
kuat dan menyebabkan makin besar suatu kota. Urbanisasi sering disebutkan
sebagai hasil dua kekuatan yang besar yaitu pada suatu pihak dorongan dari desa
dan pada pihak lain yaitu tarikan dari kota. Dorongan
dari desa untuk meninggalkan desa menuju kota dipengaruhi oleh adanya tekanan
penduduk yaitu kepadatan penduduk yang melampaui daya dukung lingkungan,
sehingga pangan tidak mencukupi dan lingkungan mengalami kerusakan sehingga
menyebabkan mereka merantau ke kota mencari kesempatan yang baru menjadi lebih
baik, bencana alam dan faktor keamanan. Sedangkan faktor penarik dari kota
diantaranya mutu lingkungan di kota lebih baik dari desa., dan tersedianya
lapangan pekerjaan.
Salah satu
masalah yang terjadi di negara ketiga khususnya Indonesia yaitu masalah
kualitas sumber daya manusia. Manusia merupakan sumber daya yang utama dalam
pembangunan, baik kemampuan, maupun kemauan manusia itu. Dari segi teknologi
kemampuan kita masihlah rendah. Kita perlu menguasai teknologi moderen misalnya
untuk membuat ata menciptakan sendiri mobil, TV dan jenis-jenis teknologi
lainnya. Namun yang kita lakukan baru merakitnya, tetapi yang lebih
mengkhawatirkan bukanlah teknologi yang rendah itu, melainkan kurangnya kemauan
kita untuk menguasai teknologi. Kemauan kita lebih tertuju untuk menikmati
hasil teknologi sekalipun dengan mengimpornya.
Ada
perbedaan dalam kemampuan ilmu pengetahuan pada umumnya dan teknologi pada
khususnya antara negara kita dan negara maju adalah Arus informasi yang
dikuasai negara maju dan Kemampuan negara maju menguasai informasi melaju pesat
dengan menggunakan teknologi yang sangat modern. Pengalaman menunjukkan
ketinggalan kita dari negara maju makin besar. Untuk mengejar ketinggalan itu
kita harus merebut teknologi itu bahkan dalam bidang tertentu teknologi kita
curi. Contohnya para ilmuan kita disekolahkan kenegara- negara maju sehingga
pada akhirnya mereka selesai ditarik kembali ke negara kita dengan
memperhatikan masa depan mereka dengan baik
Kemiskinan
penduduk juga merupakan masalah sosial yang tak kunjung selesai dinegara
Indonesia tercinta ini, kemiskinan terjadi disebabkan oleh produktivitas tenaga
kerja yang rendah atau lapangan pekerjaan yang kurang, kesehatan yang buruk
serta pendidikan rendah.
Lapangan kerja yang dikembangkan sekarang ini masih
sangat terbatas sedangkan keperluan perluasan sudah amat mendesak. Tenaga kerja
yang ada sebagian besar belum dapat di mobilisasikan bahkan sebagian dari
tenaga kerja tersebut belum memiliki suatu keterampilan yang tertentu.
Kurangnya
pembangunan bidang kesehatan, melainkan karena perpacuan jumlah penduduk
dengan jumlah pembangunan di bidang kesehatan tersebut belum seimbang. Jumlah
penduduk yang memerlukan pelayanan kesehatan masih jauh lebih besar
persentasenya daripada jumlah sarana dibidang kesehatan tesebut. Daerah-daerah
kota yang tergolong daerah kumuh, pada umunya kesehatan penduduknyan masih
sangat rendah sehingga penyakit-penyakit tertentu seperti diare, penyakit
kulit, makanan-makanan penduduk yang kurang bergizi, air minum yang kurang
bersih, lingkungan fisik yang amat kotor telah mempercepat tingkat kesehatan
masyarakat yang menurun.
Pendidikan
dinegara-negara berkembang pada umumnya belum memadai untuk mejadi daya
pendorong secara kreatif dengan mengadakan terobosan-terobosan dalam
pembangunan bahkan untuk mencapai suatu kemajuan. Betapa pun kecilnya,
pendidikan tetap penting. Tindakan
cepat untuk memecahkan persoalan ini tampaknya mendesak untuk dilaksanakan,
mengingat luas dan seriusnya persoalan kependudukan di tingkat global ini.
Pendapat umum mengatakan bahwa pemecahan atas berbagai permasalahan sosial dan
lingkungan yang dihadapi sebagian besar umat manusia itu terletak pada isu “pertumbuhan
penduduk yang cepat” tadi. Meskipun demikian, pendapat umum itu memerlukan
klarifikasi lebih jauh terutama karena adanya keragaman definisi dan penjelasan
mengenai permasalahan kependudukan ini. Keragaman ini antara lain disebabkan
oleh perbedaan pendekatan politik yang sering terabaikan dalam proses
pencapaian konsensus mengenai apa dan bagaimana memecahkan permasalahan ini.
Untuk
memahami keadaan kependudukan dewasa ini yang antara lain ditandai dengan
pertumbuhan cepat itu, kita perlu memahami pula sejarah trend
kependudukan dunia. Pada kenyataannya pertumbuhan penduduk secara cepat tadi
adalah fenomena baru. Selama 8000 tahun sejarah demografi memperlihatkan
pertumbuhan penduduk dunia yang relatif stabil dan lambat. Barulah kemudian
mulai dua atau tiga abad yang lalu isu penditng demografi dan sosial berbeser
kearah “bagaimana mempertahankan kelestarian hidup (survival)”. Sebenarnya, masa inipun terdapat tingkat kelahiran
(fertilitas) yang tinggi dihampir semua kelompok, hanya saja saat itu fenomena
itu diiringi dengan tingkat kematian (mortalitas) yang juga tinggi sebagai
akibat rendahnya mutu pelayanan kesehatan. Bahkan, dibeberapa tempat dulu angka
kematian bisa lebih tinggi dari pada angka kelahiran.
Penyebab
peningkatan populasi yang cepat bukan terletak pada antusiasme tiba-tiba untuk
mendapatkan lebih banyak anak, melainkan pada perbaikan kondisi hidup yang
sebelumnya disebabkan tingginya tingkat kematian. Sejalan dengan itu sejarah
demografi dapat dibagi dalam 2 periode, yaitu: pertama periode panjang
dengan tingkat populasi lambat, antara 8000 SM s/d 1650 dan kedua
periode yang ditandai dengan pertambahan jumlah penduduk yang cepat dan
dramatis sejak tahun 1650- hingga sekarang. Perbandingan rata-ratanya adalah
bahwa pada periode pertama penduduk bertambah 50.000 jiwa/ tahun, namun periode
kedua, jumlah ini bertambah setiap 6 jam.
Pertanyaan
yang timbul kemudian adalah: kenapa populasi penduduk dunia bertambah dengan
cepat dalam waktu yang sedemikian singkat ? Salah satu model yang mencoba
menjelaskan kecenderungan ini adalah model transisi demografi. Model ini
akan membantu kita memahami mekanisme pertumbuhan penduduk dimasa lalu dan saat
ini serta kemungkinan – kemungkinan di masa mendatang.
Menurut
gambar model transisi demografis di atas terdapat 3 periode utama yang
ditunjukkan. Periode A (high growth potential) ditandai dengan
fertilitas dan mortalitas yang sama-sama tinggi, sehingga ada keseimbangan
relatif. Periode B (transitional growth) merupakan periode peralihan
yang problematik, ada ketidakseimbangan antara fertilitas dan mortalitas,
dimana mortalitas turun tetapi fertilitas cenderung tetap tinggi. Dan periode C
(incipient decline) ditandai keseimbangan relatif, yaitu sebagai akibat
angka fertilitas dan mortalitas yang sama-sama rendah.
Pertumbuhan
penduduk dunia secara cepat muncul pertama kali sebagai isu kependudukan karena
adanya aktor-aktor tertentu yang melihatnya sebagai ancaman. Salah satunya
berdasarkan teori Malthus bahwa pertumbuhan penduduk mengikuti deret ukur
sedangkan pertumbuhan sumber daya alam menurut deret hitung. Sesuatu hal yang
ironis apabila jumlah penduduk yang semakin banyak tidak diimbangi oleh
peningkatan sumber daya alam yang nantinya menjadi masalah didalam pemenuhan
kebutuhan manusia.
Lebih lanjut
Karl Sax (1992: 167), menyatakan : “Selama dasawarsa yang lalu, penduduk dunia
bertambah dengan tingkat yang mencengangkan. Peningkaatan angka pertambahan
penduduk ini sedemikian kritis sehingga banyak orang mengakui bahwa peledakan
penduduk dewasa ini merupakan ancaman terbesar bagi perdamaian dan
kesejahteraan dunia.”
Kemudian The
Club of Rome (1992: 167), juga menyimpulkan bahwa: Jika kecenderungan dalam
pertumbuhan penduduk dunia, industrialisasi, polusi, produksi pangan, dan
eksploitasi sumber daya alam yang ada saat ini tetap tidak berubah, dunia akan
semakin mendekati titik kritisnya dan selama kira-kira seratus tahun lagi akan
mencapai tingkat di mana ia tidak mampu lagi menampung pertumbuhan penduduknya.
Yang paling mungkin kita hadapi
kemudian adalah menurunnya populasi dan kapasitas industri.
Pemecahan
masalah isu kependudukan ini sudah sudah banyak cara yang ditawarkan
diantaranya pengendalian fertilitas dengan penggunaan alat kontrasepsi KB,
penundaan perkawinan, bahkan menurut teori malthus memberikan 2 jenis solusi
yaitu preventive checks (pengurangan penduduk melalui penekanan kelahiran) dan
positive checks (pengurangan penduduk melalui proses kematian).
Kegiatan
antianatalis seakan-akan menjadi program unggulan untuk mengatasi permasalahan
ledakan penduduk tersebut, terkhusus negara china menerapkan model yang berbeda
dalam penyelesai ini, yaitu mencanangkan sasaran “pertumbuhan penduduk”
dalam kebijakan kependu69dukannya melalui beragam cara : mulai dari pemberian
imbalan bagi keluarga dengan satu anak, dan sanksi bagi mereka yang tidak
sungguh-sungguh menjalankan kebijakan ini, wajib militer bagi para pemuda,
penundaan usia kawin, sampai pada komitmen pemimpinnya yang memberi pembenaran
pada program ini sebagai bagian dari ajaran sosialisme. (1992 : 168)
Berbeda
dengan aliran moderat yang berpendapat bahwa solusi atas persoalan pertumbuhan
penduduk yang cepat adalah pembangunan nasional : Tingkat kelahiran akan
turun dengan sendirinya, bukan melalui intervensi “buatan” semacam kebijakan
dan program kependudukan etapi lewat proses “alamiah” yang dihasilkan
dari pembangunan ekonomi dan sosial yang sungguh-sungguh. (1992 : 169).
Isu-isu Lingkungan Hidup
Terdapat
tidak kurang 25 juta pengungsi akibat krisis lingkungan hidup di seluruh dunia.
Dalam konferensi perubahan iklim dunia pada tahun 2002 di Maroko disebutkan
bahwa keadaan genting dari planet Bumi sekarang ini disebabkan oleh konsumsi
berlebihan, bukan oleh 80% penduduk miskin di 2/3 belahan bumi, tetapi oleh 20%
penduduk kaya yang mengkonsumsi 86% dari seluruh sumber alam dunia.
Semakin
banyaknya jumlah nyawa manusia yang hilang akibat bencana ekologis yang terjadi
di negeri ini. Sejak 1998 hingga 2003, tak kurang dari 600 kejadian bencana
akibat kerusakan lingkungan hidup terjadi di Indonesia yang menewaskan lebih
dari 2.500 orang dan kerugian material mencapai 300 miliar rupiah. Dalam dua
tahun terakhir saja, terjadi tidak kurang tiga kali kejadian bencana banjir
setiap tahunnya di berbagai wilayah di Indonesia. Banjir di Sinjai, Barito
Utara hingga Kutai Barat dan Kutai Timur semakin menjadikan rakyat harus
menikmati bencana. Ironisnya, berbagai kejadian bencana di negeri yang
terlimpahi kekayaan alam ini, sepertinya masih belum menjadikan permasalahan
kerusakan lingkungan hidup (ekologi) menjadi agenda yang penting dalam proses
pembangunan yang dilaksanakan oleh pemerintah.
Di sisi
lain, teknologi dan ilmu pengetahuan dipandang masih mampu untuk mencegah
terjadinya kematian akibat bencana ekologi yang terjadi. Teknologi dan
pengetahuan lokal mengalami penghilangan secara sistematis dengan tidak
diakuinya hukum adat, serta pengetahuan dan kebudayaan lokal dalam setiap ruang
kehidupan bernegara. Edward Goldsmith mengungkapkan pengrusakan lingkungan alam
di negara-negara dunia ketiga berjalan beriringan dengan pengrusakan cara hidup
pedesaan tradisional yang umumnya mencukupi diri sendiri.
Beberapa isu
lingkungan hidup yang menjadi fokus saat ini diantaranya : Perubahan iklim
global, perubahan suhu global, penurunan signifikan suhu global akan
mengakibatkan masyarakat dunia khususnya yang berada dibelahan bumi utara,
menghadapi zaman es baru. Akibatnya terjadi perubahan dalam sistem pertanian,
perumahan, bahkan pekerjaan di negara-negara kawasan utara. Sedangkan kenaikan suhu
global yang drastis, sebaliknya, mengakibatkan mencairnya es di kutub-kutub
bumi sehingga menaikkan permukaan airl aut. Ini secara langsung mengancam
keberadaa kota-kota dan daerah-daerah pesisir.
Meningkatnya
kadar dan konsentrasi karbondioksida di atmosfir akibat kenaikan suhu bumi.
Peningkatan unsur karbondioksida ini akan menciptakan terjadinya efek rumah
kaca, yang menyebabkan radiasi sinar matahari yang masuk dalam atmosfer
terperangkap dan menimbulkan efek panas di sekitar permukaan bumi. Seakin banyak
kandungan karbondioksida di atmosfir, semakin tinggi suhu bumi.
Terjadinya hujan
asam yang diakibatkan adanya pencemaran air yang langsung berhubungan
dengan iklim. Hujan ini antara lain berasal dari sumber-sumber air seperti dana
dan sungai yang tercemar oleh sulfur-diaoksida (SO2). Kandungan
sulfurdioksida berlebihan akan menaikan keasaman air hujan, dan seringkali
korban yang terkena dampak hujan asam berada sangat jauh dari sumber
pencemaran.
Ridha Saleh,
Deputi Direktur WALHI, dalam bukunya Ecocide: Politik Kejahatan lingkungan dan Pelanggaran
Hak Asasi Manusia, menyatakan
bahwa gejala eksploitasi yang massif terhadap sumberdaya alam secara terbuka,
menurut kenyataannya telah mengarah pada tindakan pengrusakan dan pemusnahan
atas ekosistem sumber-sumber kehidupan dan lingkungan hidup akibat dari
ecocide. Depresi ekologi saat ini lebih disebabkan oleh pengarahan pembangunan
yang tidak memperhatikan kelangsungan lingkungan hidup dan masa depan generasi.
Setiap
tahunnya tak kurang dari 4,1 juta hektar hutan di Indonesia berganti menjadi
areal pertambangan, perkebunan besar dan kawasan industri lainnya. Hutan yang
selama ini menjadi tempat berburu, sumber obat-obatan dan sumber kehidupan bagi
komunitas lokal semakin banyak yang dikuasai oleh kepentingan sekelompok orang.
Sungai-sungai yang selama ini menjadi pemasok air bagi pertanian dan kebutuhan
hidup harian rakyat sudah semakin banyak yang tercemar, bahkan beberapa telah
mengering. Udara negeri ini semakin tak sehat untuk dihirup.
Disamping itu
perkembangan era industrialisasi yang harus memenuhi permintaan keperluan akan
barang dan jasa, akhirnya menciptakan mental manusia yang pembuka dan pendobrak
lahan baru (frontier). Manusia dengan mental “frontier” ini menurut Chiras
adalah manusia yang pandangan hidupnya berpusat pada manusia (anthroposentris)
dan memiliki tiga persepsi sebagai ciri khasnya, ialah:
- Memandang alam dan bumi sebagai pemberi sumber bahan kehidupan manusia yang tidak terbatas, dengan keyakinan bahwa selalu ada sesuatu lagi.
- Memandang manusia sebagai makhluk hidup di luar alam, bukan bagian dari alam.
- Memandang alam sebagai sesuatu yang perlu di kuasai. (Maftuchah Yusuf : 2000, hal. 110).
Mentalitas
frontier ini selama beribu-ribu tahun mendasari pandangan hidup dan tingkah laku
manusia, yang berpegang pada “selalu akan ada yang lebih baik”, dan keinginan
untuk mendapatkan hasil sebanyak mungkin dalam jangka waktu yang sependek
mungkin tanpa memperhitungkan dampak dari pengelolaan tersebut khususnya
pencemaran lingkungan.
Keserakahan
pada materi ini pula yang turut mempengaruhi keinginan manusia untuk hidup
mewah dan mengejar materi. Akibatnya adalah pertumbuhan industri, pembuat
barang konsumtif dengan segala akibatnya: kerusakan alam dan pencemaran
lingkungan yang semakin menjadi-jadi.
Manusia
perlu diyakinkan untuk segera mengubah mentalitas frontier menjadi
mentalitas pembangunan yang berkelanjutan. Pandangan hidup, sikap dan
tingkah laku manusia diseluruh dunia perlu diubah atas dasar keyakinan bahwa:
- Persediaan sumber daya alam yang dimiliki planet bumi terbatas
- Manusia merupakan bagian dari alam
- Manusia tidak superior dari alam.
Mengubah
pandangan hidup, sikap dan tingkah laku manusia dari yang sudah diterapkan
dalam kehidupannya selama beribu-ribu tahun kepandangan hidup hidup, sikap
serta tingkah laku yang baru, jelas akan mengurangi kenyamanan hidupnya sangat
sukar. Hal ini akan dipermudah jika perkembangan semua segi kehidupan manusia,
politik, ekonomi , sosial budaya, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
di dasarkan pada etika “pembangunan yang berkelanjutan” . Misalnya
dengan :
- Perkembangan industri yang menggunakan mesin-mesin besar perlu mengadakan reorientasi dan membatasi dengan perkembangan industri yang menggunakan mesin yang kecil dan mengurangi pencemaran yang ditimbulkan.
- Penggalakan keinginan di seluruh dunia untuk konservasikan sumber daya alam yang ada, mengatur dan mengurangi pemakaian sumber daya alam, menggunakan kembali melalui recycling (daur ulang) dan menggantikan penggunaan bahan yang tidak dapat diperbaharui, seperti energi dari minyak bumi dengan panas sinar matahari.
- Penanaman sikap pada setiap orang bahwa dia harus memperhatikan dan bertindak sesuai dengan kepentingan generasi yang akan datang. Dia harus siap dan bersedia berkorban, kalau dia (atau sebuah negara maju) hanya memikirkan kepentingan dan keuntungan diri sendiri, krisis akan tetap bertambah besar dan akhirnya menghancurkan diri sendiri.
BAB III
PENUTUP
Pertumbuhan penduduk dari waktu ke
waktu terus meningkat.Kenyataan tersebut pemicu dan pemacupertumbuahn kebutuhan
penduduk, baik secara kuantitatif maupun kualitatif yang menuntut penerapan dan
pemanfaatan IPTEK dalam mengolah SDA untuk memenuhi kebutuhan. Perlu diwaspadai bahwa penerapan
IPTEK dalam mengolah SDA dan lingkungan selalu memiliki sisi positif dan sisi
negative.
Sisi rahmat dari penerapan IPTEK
dalam berbagai bidang kehidupan, khususnya dalam bidang pertanian, misalnya
dengan bioteknologi dan berbagai rekayasa mekanik pengolahan tanah, rekayasa
kimiawi dalam pemupukan dan pembasmi hama, dan lain sebagainya dalam
meningkatkan kesejahteraan manusia khususnya petani.
Kemajuan IPTEK di bidang industry telah berdampak
positif dalam meningkatkan prodiksi barang-barang kebutuhan serta memperluas
lapangan pekerjaan. Namun di sisi lain juga berdampak negative dengan adanya
pencemaran lingkungan. Misalnya mengakibatkan terbentuknya gas CO2 dan
gas buangan lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
Payne,
Richard J. (2009) Chapter 10: Population and Migration. Global
Issues: Politics,
Economics, and Cultures. Pearson
Education, Inc.
Shah,
Anup. (2001) Populations: A Numbers Game. Global Issues, 2
September 2001. [Diakses
Shah,
Anup.(2002) Human Population.Global Issues, 13 Juni 2002.
[Diakses 22 Mei 2009]
No comments