MAKALAH PERSPEKTIF
GLOBAL
“PENGARUH GLOBALISASI DALAM PENDIDIKAN
BERWAWASAN GLOBAL”
Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Perspektif Global
Dosen Pembimbing : Dr. Mukminan
Kelompok 3 Akuntansi A:
1.
Ratri
Pratiwi 11409134005
2.
Fidya
Amin Nurlatifah 11409134006
3.
Istiqomah 11409134018
4.
Erlinda
Siagian 11409134033
5.
Eni
Yuli Lestari 11409134034
6.
Yuniar
Choirul Haqi 11409134035
AKUNTANSI D III
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS
NEGERI YOGYAKARTA
2013
PENDAHULUAN
A. LATAR
BELAKANG
Dunia
internasional sekarang diwarnai oleh globalisasi. Semakin menyempitnya dunia
akibat perkembangan teknologi, telekomunikasi, dan transportasi memunculkan
kecenderungan similaritas uniformitas dari para individu, kelompok, dan sistem
sosial yang melewati bahkan menghapus batas tradisional negara. Begitu juga
dengan pendidikan, semakin berkembangnya zaman yang diwarnai oleh globalisasi
maka pendidikan juga harus mampu menyeimbanginya dan mengembangkan mutu serta
kualtas dalam bidang pendidikan agar dapat bertahan dari terpaan globalisasi.
Pendidikan memiliki keterkaitan erat dengan globalisasi.
Dalam menuju era globalisasi, Indonesia harus melakukan reformasi dalam proses
pendidikan, yaitu dengan tekanan menciptakan sistem pendidikan yang lebih
komprehensif dan fleksibel, sehingga para lulusan dapat berfungsi secara
efektif dalam kehidupan masyarakat global. Oleh karena itu, pendidikan harus
dirancang sedemikian rupa agar memungkinkan para anak didik dapat mengembangkan
potensi yang dimiliki secara alami dan kreatif dalam suasana penuh kebebasasn,
kebersamaan dan tanggung jawab. Selain itu, pendidikan harus dapat menghasilkan
lulusan yang bisa memahami masyarakatnya dengan segala faktor yang dapat
mendukung mencapai sukses ataupun penghalang yang menyebabkan kegagalan di
dalam kehidupan bermasyarakat. Salah satu alternatif yang dapat dilakukan yaitu
dengan pengelolaan pendidikan Indonesia yang berwawasan global.
B. RUMUSAN
MASALAH
Untuk membatasi agar pemikiran tidak meluas maka penulis akan membatasi
permasalahannya. Batasan masalah yang diambil yaitu :
1. Apa
yang dimaksud dengan globalisasi dan pengaruhnya dalam pendidikan?
2. Bagaimana pentingnya wawasan
perspektif global dalam pengelolaan pendidikan?
3. Apa yang dimaksud dengan pendidikan
yang memiliki wawasan globalisasi?
C. TUJUAN
Tujuan penyusunan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui
pengertian globalisasi dan pengaruhnya dalam dunia pendidikan.
2. Mengetahui
pentingnya wawasan perspektif global dalam pengelolaan pendidikan.
3. Mengetahui
maksud pendidikan yang memiliki wawasan globalisasi.
PEMBAHASAN
1. GLOBALISASI
DAN PENGARUHNYA DALAM PENDIDIKAN
Globalisasi
didefinisikan sebagai semua proses yang merujuk kepada penyatuan seluruh warga
dunia menjadi sebuah kelompok masyarakat global. Namun, pada kenyataannya
globalisasi merupakan penyatuan semu, karena nilai-nilai ekonomi, sosial, dan
budaya didominasi nilai-nilai yang sebenarnya asing bagi masyarakat dunia.
Globalisasi
sering diterjemahkan “mendunia”. Suatu entitas, betapapun, dimanapun, kapanpun,
dengan cepat menyebar ke seluruh pelosok dunia, baik berupa ide, gagasan, data,
informasi, produksi, pembangunan, pemberontakan, dan sebagainya, begitu
disampaikan, saat itu pula diketahui oleh semua orang di dunia.
Kekuatan
globalisasi menurut analisis para ahli pada umumnya bertumpu pada 4 kekuatan
global, yaitu:
a. Kemajuan
iptek terutama dalam bidang informasi dan inovasi-inovasi baru di dalam
teknologi yang mempermudah kehidupan manusia.
b. Perdagangan
bebas yang ditunjang oleh kemajuan iptek.
c. Kerjasama
regional dan internasional yang telah menyatukan kehidupan bersama dari
bangsa-bangsa tanpa mengenal batas negara.
d. Meningkatnya
kesadaran terhadap hak-hak asasi manusia serta kewajiban manusia di dalam
kehidupan bersama, dan sejalan dengan itu semakin meningkatnya kesadaran
bersama dalam alam demokrasi.
Kemajuan
iptek yang disertai dengan semakin kencangnya arus globalisasi dunia membawa
dampak tersendiri bagi dunia pendidikan. Sebagai contoh, berbagai jenjang
pendidikan mulai dari sekolah menengah hingga perguruan tinggi baik negeri
maupun swasta membuka program kelas internasional. Hal ini dilakukan untuk
menjawab kebutuhan pasar akan tenaga kerja berkualitas yang semakin ketat.
Inilah yang dimaksud dengan globalisasi pendidikan.
Dampak
positif globalisasi pendidikan:
a. Semakin
mudahnya akses informasi.
b. Globalisasi
dalam pendidikan akan menciptakan manusia yang professional dan berstandar
Internasional dalam bidang pendidikan.
c. Globalisasi
akan membawa dunia pendidikan Indonesia bisa bersaing dengan negara-negara
lain.
d. Globalisasi
akan menciptakan tenaga kerja yang berkualitas dan mampu bersaing.
e. Adanya
perubahan struktur dan sistem pendidikan yang memiliki tujuan untuk
meningkatkan mutu pendidikan karena perkembangan ilmu pengetahuan dalam
pendidikan akan sangat pesat.
Dampak negative globalisasi pendidikan:
a. Dunia
pendidikan Indonesia bisa dikuasai oleh para pemilik modal.
b. Dunia
pendidikan akan sangat tergantung pada teknologi, yang berdampak munculnya
“tradisi serba instant”.
c. Globalisasi
akan melahirkan suatu golongan-golongan didalam dunia pendidikan.
d. Semakin
terkikisnya kebudayaan akibat masuknya budaya dari luar.
e. Globalisasi
mengakibatkan melonggarnya kekuatan kontrol pendidikan oleh negara.
2.
PENTINGNYA WAWASAN PERSPEKTIF GLOBAL
DALAM PENGELOLAAN PENDIDIKAN
Dalam menghadapi globalisasi tanpa adanya persiapan yang
kuat maka globalisasi akan menjadi sesuatu yang menakutkan dan akan berubah
menjadi sesuatu yang negatif. Cara untuk mempersiapkan diri dalam menghadapi
globalisasi ini adalah dengan cara meningkatkan kesadaran dan memperluas
wawasan. Cara untuk meningkatkan dan memperluas wawasan dapat dilakukan dengan
berbagai cara, dan cara yang paling efektif adalah melalui pendidikan.
Peningkatan kualitas pendidikan bagi
suatu bangsa, bagaimanapun mesti diprioritaskan. Sebab kualitas pendidikan
sangat penting artinya, karena hanya manusia yang berkualitas saja yang bisa
bertahan hidup di masa depan. Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk
peningkatan kualitas pendidikan tersebut adalah dengan pengelolaan pendidikan
dengan wawasan global.
Meningkatkan dan memperluas wawasan global merupakan
unsur penting untuk memahami masalah global. Menurut Makagiansar (Mimbar
Pendidikan, 1989) agar dapat meningkatkan wawasan global,
maka pendidikan memegang peranan penting. Melalui pendidikan maka seseorang
harus mampu mengembangkan 4 hal berikut:
a. Kemampuan mengantisipasi (anticipate),
artinya pendidikan berusaha menyiapkan anak didik untuk dapat mengantisipasi
perkembangan IPTEK yang begitu cepat.
b. Mengerti dan mengatasi situasi (cope),
artinya dapat mengembangkan kemampuan dan sikap peserta didik untuk menangani
dan berhadapan dengan situasi baru. Rasa kepedulian terhadap suatu masalah
serta keinginan untuk mengatasi masalah merupakan faktor yang harus
dikembangkan pada diri anak.
c. Mengakomodasi (acomodate), artinya
dapat mengakomodasi perkembanagn IPTEK yang pesat dan segala perubahan yang ditimbulkannya.
Dalam mengatasi (cope) dan mengakomodasi (acomodate) perlu dikembangkan sikap
bahwa anak didik tidak larut oleh perubahan, tetapi ia harus mampu mengikuti
dan mengendalikan perubahan agar tumbuh menjadi suatu yang positif dan
bermanfaat bagi kehidupan.
d. Mereoriantasi (reorient), artinya
persepsi dan wawasan tentang dunia perlu diorientasikan
kembali karena perkembangan IPTEK dan perubahan sosial yang
cepat sehingga memperoleh wawasan yang semakin luas.
Perspektif global merupakan
pandangan yang timbul dari kesadaran bahwa dalam kehidupan ini segala sesuatu
selalu berkaitan dengan isu global. Orang sudah tidak memungkinkan lagi bisa
mengisolasi diri dari pengaruh global. Manusia merupakan bagian dari pergerakan
dunia, oleh karena itu harus memperhatikan kepentingan sesama warga dunia. Tujuan
umum pengetahuan tentang perspektif global adalah selain untuk menambah wawasan
juga untuk menghindarkan diri dari cara berpikir sempit, terkotak oleh
batas-batas subyektif, primordial (lokalitas) seperti perbedaan warna kulit,
ras, nasionalisme yang sempit, dsb.
Dengan demikian pentingnya (urgensi)
wawasan perspektif global dalam pengelolaan pendidikan ialah sebagai langkah
upaya dalam peningkatan mutu pendidikan nasional. Hal ini dikarenakan seperti
yang telah dituliskan sebelumnya, dengan wawasan perspektif global kita dapat
menghindarkan diri dari cara berpikir sempit dan terkotak-kotak oleh batas
subyektif sehingga pemikiran kita lebih berkembang. Kita dapat melihat sistem
pendidikan di negara lain yang telah maju dan berkembang. Dapat
membandingkannya dengan pendidikan di negara kita, mana yang dapat diterapkan
dan mana yang sekerdar untuk diketahui saja. Kita bisa mencontoh sistem
pendidikan yang baik di negara lain selama hal itu tidak bertentangan dengan
jati diri bangsa Indonesia.
3.
PENDIDIKAN YANG MEMILIKI WAWASAN
GLOBALISASI
Pendidikan yang berwawasan global
dapat dibedakan menjadi 2, yaitu:
a.
Perspektif
Kurikuler
Berdasarkan persperktif kurikuler,
pendidikan berwawasan global merupakan suatu proses pendidikan yang bertujuan
untuk mempersiapkan tenaga terdidik kelas menengah dan professional dengan
meningkatkan kemampuan individu dalam memahami masyarakatnya dalam kaitannya
dengan kehidupan masyarakat dunia, dengan ciri-ciri sebagai berikut:
1)
Mempelajari budaya, sosial, politik dan ekonomi bangsa lain
dengan titik berat memahami adanya saling ketergantungan
2)
Mempelajari berbagai cabang ilmu pengetahuan untuk
dipergunakan sesuai dengan kebutuhan lingkungan setempat, dan
3)
Mengembangkan berbagai kemungkinan berbagai kemampuan dan
keterampilan untuk bekerjasama guna mewujudkan kehidupan masyarakat dunia yang
lebih baik.
Berdasarkan
perspektif kurikuler, pengembangan pendidikan berwawasan global memiliki
implikasi ke arah perombakan kurikulum pendidikan. Mata pelajaran dan mata
kuliah yang dikembangkan tidak lagi bersifat monopolitik melainkan lebih banyak
yang bersifat integrative. Dalam arti, mata kuliah lebih ditekankan pada kajian
yang bersifat multidisipliner, interdisipliner, dan transdisipliner.
b.
Perspektif
Reformasi
Berdasarkan perspektif reformasi pendidikan berwawasan global
merupakan suatu proses pendidikan yang dirancang untuk mempersediakan anak
didik dengan kemampuan dasar intelektual dan tanggung jawab guna memasuki
kehidupan yang bersifat kompetitif dan dengan derajat saling menggantungkan antar
bangsa yang sangat tinggi. Pendidikan harus mengkhaitkan proses pendidikan yang
berlangsung di sekolah dengan nilai-nilai yang selalu berubah di masyarakat
global. Dengan demikian, sekolah harus memiliki orientasi nilai, di mana
masyarakat tersebut harus selalu dikaji dalam kaitannya dengan masyarakat
dunia.
Implikasi dari pendidikan berwawasan global menurut
perfektif reformasi tidak hanya bersifat perombakan kurikulum, tetapi juga
merombak sistem, struktur dan proses pendidikan. Pendidikan dengan kebijakan
dasar sebagai kebijakan sosial tidak lagi cocok bagi pendidikan berwawasan
global. Pendidikan berwawasan global harus merupakan kombinasi antara kebijakan
yang mendasarkan pada mekanisme pasar. Maka dari itu, sistem dan struktur
pendidikan harus bersifat terbuka, sebagaimana layaknya kegiatan yang memiliki
fungsi ekonomis.
Kebijakan pendidikan yang berada di antara kebijakan sosial
dan mekanisme pasar, memiliki arti bahwa pendidikan tidak semata-mata di tata
dan diatur dengan menggunakan perangkat aturan sebagaimana yang berlaku
sekarang ini, serba seragam, rinci dan instruktif. Tetapi pendidikan juga di
atur layaknya suatu Mall, adanya kebebasan pemilik toko untuk menentukan barang
apa yang akan dijual, bagaimana akan dijual dan dengan harga berapa barang akan
dijual. Pemerintah tidak perlu mengatur segala sesuatu dengan rinci.
Selain itu, pendidikan berwawasan global bersifat sistematik
organik, dengan ciri-ciri fleksibel-adaptif dan kreatif demokratis. Bersifat
sistemik-organik artinya bahwa sekolah merupakan sekumpulan proses yang
bersifat interaktif yang tidak bisa dilihat sebagai-hitam putih, tetapi setiap
interaksi harus dilihat sebagai satu bagian dari keseluruhan interaksi yang
ada.
Fleksibel-adaptif, artinya bahwa pendidikan lebih ditekankan
sebagai suatu proses learning daripada teaching. Anak didik dirangsang untuk
memiliki motivasi untuk mempelajari sesuatu yang harus dipelajari dan continues
learning. Tetapi, anak didik tidak akan dipaksa untuk dipelajari. Sedangkan
materi yang dipelajari bersifat integrated, materi satu dengan yang lain
dikaitkan secara padu dan dalam open-sistem environment. Pada pendidikan
tersebut karakteristik individu mendapat tempat yang layak.
Kreatif demokratis, berarti pendidikan senantiasa menekankan
pada suatu sikap mental untuk senantiasa menghadirkan suatu yang baru dan
orisinil. Secara paedagogis, kreativitas dan demokrasi merupakan dua sisi dari
mata uang. Tanpa demokrasi tidak akan ada proses kreatif, sebaliknya tanpa
proses kreatif demokrasi tidak akan memiliki makna.
CONTOH ISU GLOBAL
Globalisasi Pendidikan Indonesia
Oleh : Wendie Razif Soetikno,
S.si., Mdm | 24-Apr-2012, 23:14:07 WIB
|
KabarIndonesia - Pemerintah merespons globalisasi secara
terbuka melalui Pasal 50 ayat 3 UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistim
Pendidikan Nasional (UU Sisdiknas) yang berbunyi: Pemerintah dan/atau
Pemerintah Daerah menyelenggarakan sekurang-kurangnya satu-satuan pendidikan
pada semua jenjang pendidikan untuk dikembangkan menjadi satuan
pendidikan yang bertaraf internasional. Berdasar azas legalitas
ketentuan UU Sisdiknas ini, menjamurlah berbagai SBI (Sekolah Bertaraf
Internasional) di semua kabupaten/kota di Indonesia.
Untuk memenuhi ketentuan UU Sisdiknas itu,
maka sejak tahun 2004 semua Pemkab dan Pemkot berlomba-lomba menempel label
"internasional" pada sekolah-sekolah negeri "unggulan"
yang sudah ada di daerahnya sejak sebelum era reformasi. Menjamurnya
sekolah-sekolah negeri yang dipoles menjadi sekolah bertaraf internasional
(SBI) ini memunculkan paradoks antara kuantitas dan kualitas. Kuantitas
(jumlah) yang banyak tidak diimbangi dengan peningkatan kualitas yang
memadai.
Oleh sebab itu Ditjen Mandikdasmen Kemdiknas
mengeluarkan tiga prasyarat dasar bagi terpenuhinya sekolah berpredikat
internasional. Ketiga prasyarat dasar itu mengacu pada PP No. 17 Tahun 2010
tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan, yaitu karakteristik
keluaran (mempunyai pengakuan internasional yang dibuktikan dengan hasil
SERTIFIKASI dan AKREDITASI, baik dari salah satu negara anggota OECD dan/atau
negara maju lainnya yang mempunyai keunggulan tertentu dalam bidang
pendidikan), karakteristik program (menerapkan SKS (sistim kredit semester)
dan karakteristik pengelolaan (menjalin hubungan "SISTER SCHOOL"
dengan sekolah bertaraf internasional di luar negeri).
Tapi ketentuan ini baru dikeluarkan 6 tahun
setelah SBI berjalan tanpa ketidakjelasan arah. Akibat ketidakjelasan
sertifikasi pelabelan SBI ini, maka SBI itu lalu diplesetkan menjadi Sekolah
Bertarif Internasional (biaya internasional kualitas lokal).
Apa sebabnya? Karena Pemda mengikuti secara
harafiah ketentuan yang termaktub dalam Pasal 13 ayat 3 Permendiknas No. 78
Tahun 2009: SBI dapat memungut biaya pendidikan untuk menutupi kekurangan
biaya diatas standar pembiayaan yang didasarkan pada Rencana Pengembangan
Sekolah/Rencana Kerja Sekolah dan Rencana Kegiatan dan Anggaran
Sekolah.
Oleh sebab itu SBI tercitrakan sebagai sekolah
mahal yang hanya dapat dinikmati oleh siswa yang terlahir dari keluarga kaya.
|
Temuan ini dikuatkan oleh hasil survei Pusat Penelitian dan Kebijakan
(Puslitjak) Balitbang Kemdiknas tahun 2010, dimana seolah-olah SBI dan RSBI
bebas menentukan besaran SPP, mulai dari Rp. 400 ribu sampai Rp. 20
juta.
Temuan lain menyatakan bahwa SBI hanya
mementingkan kognitif sehingga corak pendidikan yang dikembangkan bersifat
materialistik. Ada pula yang menilai SBI hanya menciptakan kasta baru
dalam pendidikan dengan adanya pengelompokan antara siswa cerdas dengan
kurang cerdas, antara si kaya dengan si miskin.
Menyadari kesalah-kaprahan Pemkab/Pemkot ini,
Kemdiknas kemudian menurunkan status SBI menjadi RSBI karena tidak memenuhi
karakteristik keluaran, karakteristik program dan karakteristik pengelolaan
di atas sehingga akhirnya didapat 1.100 sekolah yang berlabel RSBI.
Dari evaluasi dan pantauan Kemdikbud sejak
tahun 2004 sampai tahun 2010, ternyata dari 1.100 unit RSBI yang
tersebar di seluruh Indonesia itu, tak satu pun yang layak untuk ditingkatkan
menjadi SBI. Alasannya, kualitas SDM para pengajar di RSBI masih buruk
meski berlabel internasional.
Apa
yang salah? Dr. Daud Yusuf, mantan Mendikbud 1978-1983, dalam suatu wawancara
khusus di Hotel Santika menyatakan, ada tiga kekeliruan mendasar pada
strategi peningkatan kualitas pendidikan dalam menghadapi era globalisasi
ini.
Pertama, pendidikan dipersempit
menjadi urusan persekolahan, dimana sekolah dapat dianggap berlabel
internasional bila menggunakan bahasa pengantar Bahasa Inggris. Akibatnya,
murid menghadapi dua kesulitan, misalnya pada Matematika, mata pelajarannya
sendiri sudah cukup sulit dipahami, tapi murid tidak berani bertanya karena
penguasaan Bahasa Inggrisnya tidak memadai untuk bertanya. Oleh sebab itu
kualitas lulusan SBI justru lebih rendah dari kualitas lulusan sekolah
regular.
Pengajaran bilingual yang diarahkan pada
kemampuan berbahasa Inggris juga dipertanyakan. Kenapa harus berbahasa
Inggris, kenapa bukan Bahasa Perancis atau Bahasa Jerman, yang kualitas
pendidikannya juga cukup maju. Cukup banyak pemenang Nobel dari negara-negara
itu.
Kedua, kata label internasional itu
tidak diartikan sebagai go international, yang berarti sekolah
harus menggali keunggulan lokal dan keunggulan globalnya agar dapat bersaing
di tingkat internasional, namun label internasional itu lebih ditekankan pada
pemakaian kurikulum asing.
Sekolah sebagai user dari kurikulum
asing yang dasar filosofisnya berbeda dengan tujuan pendidikan nasional
kita. Akibatnya rasa kebanggaan nasional memudar. Hal ini
ditandai dengan keengganan siswa untuk menggunakan Bahasa Indonesia.
Padahal bahasa Indonesia memenuhi semua
prasyarat sebagai bahasa modern karena dapat menyampaikan pemikiran abstrak
dan memaknai hal-hal yang kompleks.
Ketiga, dengan kehadiran guru dan
kurikulum asing itu, para siswa dapat tercerabut dari akar budayanya karena
mereka kehilangan sistim nilai dan ide adiluhung bangsanya sendiri serta
terkungkung dalam target kurikulum yang terkandung dalam pembelajaran model
franchise ini.
Pendidikan tidak lagi merupakan suatu proses,
tapi pendidikan telah berubah menjauhi peradaban. Para siswa dengan model
pembelajaran franchise asing ini terpola menjadi "to have
more" (memiliki lebih banyak) dan tidak terbina menjadi "to be
more" (lebih luhur). Siswa juga tidak lagi menghargai pekerjaan
fisik. Pola franchise ini secara kasat mata memetakan
komersialisasi dan liberalisasi pendidikan. Jadi hal ini secara jelas
menunjukkan globalisasi pendidikan Indonesia, bukan sekedar globalisasi
pendidikan di Indonesia.
Menurut Romo Prof. Dr. Paul Suparno SJ, guru
besar Fisika dan mantan Rektor Universitas Sanata Dharma Yogya, konsep
sekolah internasional harus dikembalikan ke hakekatnya, yaitu perbaikan
kualitas agar mampu go international, yaitu mengembalikan hakekat
pendidikan menjadi pembelajaran profesi yang terpelajar (learned profession)
dan mentransmisikan budaya cerdas.
Maka upaya sekelompok masyarakat peduli
pendidikan untuk melakukan uji materi Pasal 50 ayat 3 UU Sisdiknas tentang
SBI/RSBI ke Mahkamah Konstitusi perlu didukung.(*)
|
PENUTUP
A. Kesimpulan
Globalisasi mempunyai pengaruh yang positif dan negative
terhadap pendidikan di Indonesia. untuk mengatasi kenegatifan dampak
globalisasi bagi dunia pendidikan, maka kualitas pendidikan harus
ditingkatkan. Cara meningkatkan kualitas pendidikan adalah dengan pengelolaan
pendidikan dengan wawasan global. Pendidikan
berwawasan global itu sendiri dibedakan menjadi 2, yaitu Perspektif Kurikuler
dan Perspektif Reformasi.
Berdasarkan persperktif kurikuler,
pendidikan berwawasan global merupakan suatu proses pendidikan yang bertujuan
untuk mempersiapkan tenaga terdidik kelas menengah dan professional dengan
meningkatkan kemampuan individu dalam memahami masyarakatnya dalam kaitannya
dengan kehidupan masyarakat dunia. Sedangkan berdasarkan perspektif reformasi pendidikan berwawasan global
merupakan suatu proses pendidikan yang dirancang untuk mempersediakan anak
didik dengan kemampuan dasar intelektual dan tanggung jawab guna memasuki
kehidupan yang bersifat kompetitif dan dengan derajat saling menggantungkan antar
bangsa yang sangat tinggi
B. Saran
Untuk memasuki
era globalisasi pendidikan harus bergeser ke arah pendidikan yang berwawasan
global. Pendidikan harus memiliki kebebasan dan bersifat demokratis, fleksibel,
dan adaptif. Kita sebagai mahasiswa, alangkah baiknya tidak hanya mementingkan
nilai. Tetapi mengutamakan pemahaman, penalaran, dan penerapan ilmu yang
didapat.
Kita akan dapat memahami lebih baik keadaan diri kita
sendiri apabila kita dapat memahami hubungan terhadap masyarakat lain. Serta
perlu pemahaman isu-isu global lainnya. Maka dari itu, sebagai mahasiswa harus
mampu memahami isu-isu global yang ada dan mampu berfikir kritis untuk
menanggapinya.
DAFTAR PUSTAKA
Idrus, Dr. Ali.
2009. Manajemen Pendidikan Global (Visi,
Aksi, dan Adaptasi). Jakarta: Gaung Persada Press.
Isjoni. 2008. Memajukan Bangsa dengan Pendidikan.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Rohayanti, Puji.
Makalah. Diunduh pada hari Kamis, 04
April 2013 dari http://pujirokhayanti99.blogspot.com/2012/10/makalah-pentingnya-wawasan-dalam.html
Soetikno, Wendie Razif. 2012. Artikel Berita. Diunduh pada hari Kamis, 04 April 2013 dari http://www.kabarindonesia.com/berita.php?pil=8&jd=Globalisasi+Pendidikan+Indonesia&dn=20120424184923
. Artikel. Diunduh pada hari Kamis, o4 April 2013 dari file:///G:/Pentingnya%20Wawasan%20dalam%20Perspektif%20Global%20_%20Merah%20Putih%20Pendidikan.html
. Artikel. Diunduh pada hari Kamis, 04 April 2013 dari http://zizer.wordpress.com/2009/12/05/arti-penting-wawasan-ber-perspektif-global-dalam-pengelolaan-pendidikan-di-indonesia/
3 comments
Makasih sob udah share, blog ini sangat membantu saya sekali .......................
bisnistiket.co.id
terimakasih sangat membantu ^_^
PNGERTIAN GLOBALISASI PENDIDIKAN?